Hi everyone...
Salam kenal dari saya untuk teman-teman semua. Di kesempatan kali ini saya akan membagikan contoh makalah yang saya buat saat mengerjakan tugas akhir mata kuliah Bahasa Indonesia. Disini saya akan berbagi format penulisan makalah yang baik dan benar eisss.. :)
Saya memilih topik tentang pengaruh bahasa pertama dalam proses pembelajaran bahasa kedua. Topik ini menarik bagi saya karena kasus ini sering terjadi di lingkungan masyarakat Indonesia kita sekarang yang notabene merupakan masyarakat multi bahasa. In addition, sadar atau tidak kita pun mengalaminya. Semoga makalah ini bisa membantu teman-teman dalam menambah wawasan atau hanya sekedar menambah referensi tentang penulisan makalah Bahasa Indonesia.
Happy learning... :)
PENGARUH BAHASA PERTAMA DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA KEDUA
Makalah
Memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
yang dibina oleh Bapak Didin Widyartono, M.Pd
Oleh :
M. Ghozali Affan
125110500111006
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
April 2012
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Kuasa atas segala limpahan Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isi yang sangat sederhana yang berjudul “Pengaruh Bahasa Pertama
Dalam Pembelajaran Bahasa Kedua”. Saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Didin
sebagai dosen pengampu mata kuliah
Bahasa Indonesia dan semua dosen yang telah membina dan mengarahkan saya untuk
menyusun makalah ini, serta kepada seluruh teman-teman mahasiswa.
Makalah ini memuat informasi tentang sejauh mana pengaruh bahasa
pertama (B1) dalam pembelajaran bahasa kedua (B2). Tema ini sengaja dipilih
karena sangat menarik untuk ditelaah ulang dan perlu mendapat dukungan dari
semua pihak yang peduli terhadap pembelajaran bahasa.
Semoga makalah ini dapat membantu menambah wawasan dan pengetahuan
bagi para pembaca, dipergunakan sebagai salah satu acuan, dan petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.
Makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu saya harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini.
Malang, Desember 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
UCAPAN
TERIMA KASIH............................................................................. ii
DAFTAR
ISI..................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
1.3
Tujuan dan Manfaat....................................................................................... 2
1.3.1
Tujuan......................................................................................................... 2
1.3.2
Manfaat....................................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Bahasa......................................................................................... 3
2.1.1
Hakekat Bahasa.......................................................................................... 3
2.1.2
Fungsi Bahasa............................................................................................ 3
2.2
Pengertian Bahasa Pertama dan Bahasa Kedua............................................ 4
2.3
Keterkaitan Bahasa Pertama dalam Pembelajaran Bahasa Kedua................ 5
2.4
Transfer dan Interferensi antara B1 dan B2.................................................. 8
BAB
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan.................................................................................................. 11
3.2
Saran............................................................................................................ 12
DAFTAR
RUJUKAN........................................................................................ 13
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Bahasa
merupakan suatu wujud yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia,
’’sehingga dapat pula dikatakan bahwa bahasa adalah milik manusia yang telah
menyatu dengan pemiliknya’’ (Chaer, 2009:5). Bahasa juga merupakan alat untuk
berkomunikasi, menyampaikan pikiran, gagasan, ekspresi, dan menjalin interaksi
(hubungan timbal balik) satu sama lain dalam kehidupan manusia.
Adanya
tuntutan globalisasi dan perkembangan IPTEK yang semakin pesat, membuat kita
sadar bahwa antara satu bangsa dengan bangsa lain memiliki ketergantungan
(saling membutuhkan). Sehingga menjalin hubungan antar negara adalah mutlak
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan satu sama lain. Karena membangun hubungan
baik akan meningkatkan kemajuan bangsa dan kesejahteraan bersama.
Semua
bangsa memiliki ciri khas tersendiri, baik sistem pemerintahan, politik,
ekonomi, budaya, dan bahkan bahasa mereka. Tentu kita harus sadar bahwa kita
tidak akan bisa menjalin hubungan baik antar negara dengan hanya mengandalkan
satu bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain yang berbeda bangsa, yang
tentunya memiliki bahasa berbeda pula. Oleh karena itu, manusia harus belajar
dalam bidang penguasaan bahasa agar dapat berkomunikasi dengan orang lain yang
berbeda latar belakang bangsanya.
Chaer
(2009:251) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses
pembelajaran bahasa, khususnya pembelajaran bahasa kedua, seperti faktor
motivasi, penyajian formal, lingkungan, dan sebagainya. Salah satu faktor yang
menarik bagi penulis untuk ditinjau lebih lanjut ialah pengaruh bahasa pertama
(bahasa ibu) terhadap proses pembelajaran bahasa kedua yang menentukan
keberhasilan seorang dalam proses pemerolehan bahasa kedua. Karena itu, penulis
akan membahas secara lebih mendalam terkait hal ini.
1.2 Tujuan
dan Manfaat
1.2.1
Tujuan
Adapun
tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui pengaruh bahasa
pertama (meliputi segala unsur bahasa, baik dari segi fonologi, morfologi,
sintaksis, maupun leksikon) terhadap bahasa kedua, menjelaskan adanya transfer
dan interferensi dari bahasa pertama kedalam proses pembelajaran bahasa
kedua.Makalah ini juga bertujuan mengetahui perihal apa yang akan terjadi
ketika proses pembelajaran bahasa kedua dilakukan ketika penalurian bahasa
pertama telah dialami.
1.2.2
Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan
penjelasan akan peranan bahasa pertama dalam proses pemerolehan bahasa kedua,
serta menjadi sebuah inspirasi baru berupa gagasan, motivasi, dan dukungan
untuk sistem pembelajaran bahasa kedua di negara kita selanjutnya.
1.3 Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian sekilas tentang permasalahan diatas maka penulis membuat rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa
hakikat dan fungsi bahasa itu?
2. Apa
pengertian dari bahasa pertama dan bahasa kedua?
3. Apa
keterkaitan bahasa pertama ketika pembelajaran bahasa kedua telah dimulai?
4. Bagaimana
transfer dan interferensi antara bahasa pertama dan bahasa kedua terjadi?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Bahasa
2.1.1
Hakikat Bahasa
Secara umum bahasa merupakan suatu alat
untuk berkomunikasi. “Bahasa merupakan alat utama dalam komunikasi yang
memiliki daya ekspresi dan informasi yang benar” (Indah & Abdurrahman,
2008:46). manusia sangat membutuhkan bahasa untuk membangun interaksi antara
satu dengan yang lain. Sebagai manusia yang aktif, dalam kehidupan bermasyarakat, orang sangat bergantung
pada penggunaan bahasa. Hal ini sesuai dengan pernyataan dimana ada masyarakat,
disitu ada penggunaan bahasa. Dengan kata lain, dimana ada aktifitas terjadi,
disitu aktifitas bahasa tercipta(Indah & Abdurrahman, 2008:46).
Chaer (2009:30) menyatakan “para pakar
linguistik deskriptif biasanya mendefinisikan bahwa bahasa sebagai satu sistem
lambang bunyi yang bersifat arbitrer, ... yang digunakan oleh sekelompok
anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasi diri”. Chaer juga
menambahkan bahwa bahasa merupakan sistem yang bersifat sistematis, bukan hanya
terbentuk dari sistem tunggal saja, tetapi terbentuk oleh sejumlah subsistem
yang meliputi sintaksis, fonologi, dan leksikon.
Asal
usul bahasa sangat bermacam-macam dan berhubungan erat dengan kebudayaan
manusia. Von Schlegel (Chaer, 2009:31-32) berpendapat “bahasa-bahasa yang ada
di dunia ini tidak mungkin bersumber dari satu bahasa. Asal-usul bahasa itu
sangat berlainan tergantung pada faktor-faktor yang mengatur tumbuhnya bahasa
itu”. Menurut Von Schlegel, dari manapun asal bahasa, akal manusialah yang
membuat bahasa itu sempurna.Dengan kata lain, bahasa berasal dari setiap
kebudayaan manusia di dunia.
2.1.2
Fungsi Bahasa
Wardhaugh (Chaer, 2009:33), seorang
pakar sosiolinguistik mengatakan bahwa bahasa memiliki fungsi sebagai alat
komunikasi, baik berupa lisan maupun tulisan.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Indah dan Abdurraman (2008:50)
mengemukakan pendapat berikut ini:
Pertama, fungsi
bahasa sebagai intrapersonal (mathetik) yaitu, penggunaan bahasa untuk
memecahkan persoalan (problem solving), mengambil keputusan (decision making),
berfikir, mengingat dan sebagainya. Kedua, fungsi bahasa yang bersifat
interpersonal (prakmatik), yaitu yang menunjukkan suatu pesan atau keinginan
penutur (message). Biasanya diungkapkan dalam bentuk perintah, kalimat tanya,
dan kalimat berita.
Sejalan dengan
pendapat diatas, Kinneavy (chaer, 2009:33) juga mengemukakan lima fungsi dasar
dari bahasa secara lebih khusus, yakni bahasa sebagai fungsi ekspresi (berupa
ungkapan batin/perasaan), informasi, eksplorisasi (berhubungan dengan
penggunaan bahasa untuk menjelaskan suatu hal, keadaan dan perkara), persuasi
(bersifat mengajak/membujuk), dan hiburan.
2.2
Pengertian Bahasa Pertama dan Bahasa Kedua
Bahasa
pertama adalah bahasa yang pertama kali anak peroleh ketika masih kecil. Isnaini, Iswahyuni, Hapsari, dan
Dewi (2011:2) menjelaskan bahwa “the important features that all shades of L1s
share are that they are assumed to be languages which are acquired during early
childhood, normally beginning before the age about three years”. Sofa (2008)
menyatakan bahasa pertama (selanjutnya disingkat B1) adalah bahasa pada anak
ketika mulai berkomunikasi dengan lingkungannya secara verbal, dan semua itu
terjadi secara alami.
Bahasa kedua adalah bahasa yang
dipelajari setelah seseorang memperoleh bahasa pertamanya. Dalam kamus besar,
bahasa kedua adalah bahasa yg dikuasai oleh bahasawan bersama bahasa ibu
pada masa awal hidupnya dan secara sosiokultural dianggap sebagai bahasa sendiri.Sering
pula Isnaini, Iswahyuni, Hapsari, dan Dewi (2011:2-3) menyebut bahasa
kedua(selanjutnya disingkat B2) sebagai target language (TL), meskipun bahasa
yang dipelajari tersebut menjadi bahasa yang ketiga, keempat, dan seterusnya.
Pemerolehan bahasa pertama berbeda
dengan pembelajaran bahasa kedua. Syafriandi (2009) menyatakan “pemerolehan
(akuisisi) bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak kanak-kanak
ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. ... . Pembelajaran
bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang
kanak-kanak mempelajari bahasa kedua setelah dia memperoleh bahasa pertamanya”.
Jadi, pemerolehan bahasa berhubungan dengan bahasa pertama, sedangkan
pembelajaran bahasa berhubungan dengan bahasa kedua.
2.3
Keterkaitan Bahasa Pertama dalam Pembelajaran Bahasa Kedua
Terdapat
beberapa hubungan antara B1 dengan B2 yang tengah seseorang pelajari, baik
meliputi persamaan dan perbedaan unsur kebahasaan, maupun struktur bahasa.
Chaer (2009:246-247) mengemukakan “kesamaan itu terletak pada urutan
pemerolehan struktuk bahasa, seperti modus interogasi, negasi, dan
morfem-morfem gramatikal. ... . Unsur kebahasaan tertentu akan diperoleh
terlebih dahulu, sementara unsur kebahasaan lain baru diperoleh kemudian”. Sofa (2008) menyebutkan salah satu perbedaan
antara pemerolehan bahasa pertama dan bahasa kedua ialah bahwa pemerolehan
bahasa pertama merupakan komponen yang hakiki dari perkembangan kognitif dan
sosial seorang anak, sedangkan pemerolehan bahasa kedua terjadi setelah
perkembangan kognitif dan sosial seorang anak sudah selesai. Dalam hal
penguasaan lafal, anak-anak lebih dapat menguasai pelafalan B1, sedangkan untuk
pelafalan B2 mereka cenderung lebih kesulitan dan kurang sempurna.
Charles
Fries dan Robert Lado (Chaer, 2009:247) mengembangkan hipotesis yang disebut
Hipotesis Kontraktif yang membahas perbedaan antara B1 dan B2. Perbedaan itu
dapat memberikan kemudahan maupun kesulitan dalam pemerolehan B2. Adanya
kemudahan dalam belajar B2 karena terdapat beberapa kesamaan antara B1 dan B2.
Sebaliknya, timbulnya kesulitan dalam pembelajaran B2 karena adanya perbedaan
antara kedua bahasa, yang bahkan dapat menimbulkan kesalahan.
Dalam
hipotesis konstaktif menyatakan bahwa seorang pembelajar B2 seringkali
melakukan transfer B1 kedalam B2-nya dalam menyampaikan suatu gagasan. chaer
(2009:247) mengemukakan “transfer ini dapat terjadi pada semua tingkat
kebahasaan: tata bunyi, tata bentuk kata, maupun tata kalimat”. Ketika
pembelajaran B2 berlangsung, terjadi tansfer positif dan negatif antara B1 dan
B2. Chaer (2009:247) mengartikan transfer positif adalah adanya kesamaan
struktur yang menimbulkan kemudahan, sedangkan transfer negatif berkaitan
dengan ketidaksamaan struktur kedua bahasa yang menimbulkan kesulitan dalam
proses pembelajaran bahasa tersebut.
Selama
pembelajaran B2 berlangsung, seseorang khususnya pada anak akan cenderung masih
menggunakan B1 untuk mengawali beberapa ucapan dalam B2 sebelum bahasa keduanya
benar-benar didapat. Dalam hipotesis bahasa pertama yang dikembangkan oleh
Stephen Krashen (Chaer, 2009:249) menyatakan pendapat berikut ini:
... bahasa pertama anak akan digunakan untuk
mengawali ucapan dalam bahasa kedua, selagi penguasaan bahasa kedua belum
tampak. Jika seorang anak pada tahap permulaan belajar bahasa kedua dipaksa
menggunakan atau berbicara dalam bahasa kedua, maka dia akan menggunakan kosa
kata dan aturan tata bahasa pertamanya. ... berilah kesempatan pada anak untuk
mendapatkan imput yang bermakna dan untuk mengurangi filter afektifnya.
Dengan demikian, penguasaan bahasa kedua dengan sendirinya akan berkembang pada
waktunya.
Ellis
(Chaer, 2009:256) mengemukakan “para pakar pembelajar bahasa kedua pada umumnya
percaya bahwa bahasa pertama (bahasa ibu atau bahasa yang pertama diperoleh)
mempunyai pengaruh terhadap proses penguasaan bahasa kedua pembelajar”. Sejalan
dengan itu, Dulay (Chaer, 2009:256) menyatakan bahwa bahasa pertama menjadi
penggangu dalam proses pembelajaran bahasa kedua. Ini terjadi karena secara umum
seorang pembelajar B2 secara sadar maupun tidak mentransfer unsur B1 kedalam B2
ketika dia sedang menggunakannya. Kemudian Indah dan Abdurrahman (2008:84)
mengungkapkan “pengajar bahasa asing beranggapan bahwa diperlukan lebih banyak
waktu untuk mempelajari bahasa yang jauh daripada yang dekat perbedaannya
dengan B1”. Seperti contoh, penutur bahasa inggris membutuhkan lebih banyak
waktu mempelajari bahasa Cina daripada
bahasa Spanyol. Dari pendapat-pendapat tersebut kemudian timbul pertanyaan di
benak kita, terus apa yang harus kita lakukan, dan dapatkah gangguan B1 dalam
proses pembelajaran B2 bisa dihilangkan, atau paling tidak dapt berkurang? Ada
dua teori yang bisa menjadi kajian atau jawaban atas pertanyaan diatas, yaitu:
a. Chaer
(2009:256) menjelaskan sebuah teori stimulus-respon yang dikemukakan oleh kaum
behaviorisme yang berbunyi “bahasa adalah hasil perilaku stimulus-respons. Maka
apabila seorang pembelajar ingin memperbanyak penggunaan ujaran, dia harus
memperbanyak penerimaan stimulus”. Oleh karena itu, peran lingkungan sebagai
sumber datangnya stimulus sangat penting dalam membantu proses pembelajaran
bahasa kedua. Hamid (Chaer, 2009:256-257) menjelaskan bahwa kaum behaviorisme
juga berpendapat proses pemerolehan bahasa adalah sebuah proses pembiasaan,
yang berarti semakin seseorang terbiasa untuk merespon stimulus yang datang
padanya, semakin memperbesar kemungkinan aktifitas pemerolehan bahasanya.
Sebaliknya, jika pembelajar belum bisa secara penuh menerima stimulus dari
luar, maka dia belum dapat melakukan aktivitas respon.
Chaer
(2009:257) memberikan penjelasan terkait diatas bahwa “pengaruh bahasa pertama
dalam bentuk transfer ketika berbahasa kedua akan besar sekali apabila
pembelajar tidak terus-menerus diberikan stimulus bahasa kedua”. Menurutnya,
memang pengaruh ini sudah menjadi intake (dinarunikan) dalam diri
pembelajar, namun dengan adanya pembiasaan yang terus-menerus dilakukan melalui
pemberian stimulus yang berkesinambungan, pengaruh (yang dimaksud pengaruh
negatif) B1 terhadap proses pembelajaran B2 dapat diminimalisir atau dikurangi.
b. Dalam
teori lain, yakni teori kontrastif, Klein (Chaer, 2009:257) memaparkan
“keberhasilan belajar bahasa kedua sedikit banyaknya ditentukan oleh keadaan
linguistik bahasa yang telah dikuasai sebelumnya oleh pembelajar”. Sejalan
dengan pendapat tersebut, Izzo (Ghazali, 2010:126) menyatakan salah satu faktor
yang mempengaruhi pembelajaran B2 adalah aspek linguistik, yakni berkaitan
dengan perbedaan antara B1 dan B2 dalam hal pengucapan, tata bahasa, pola
wacana. Bananthy (Chaer, 2009:257) menyimpulakan bahwa menurut teori ini
“semakin besar perbedaan antara keadaan linguistik bahasa yang telah dikuasai dengan linguistik
bahasa yang hendak dipelajari, semakin besar kesulitan yang dihadapi pembelajar
dalam usaha menguasai bahasa kedua”. Bananthy mempertegas pendapatnya dengan
menyatakan sebuah solusi bahwa dalam pembelajaran B2, mengetahui unsur
linguistik B1 sangat penting untuk menentukan strategi pembelajaran B2, karena
belajar B2 tidak berbeda halnya mentransfer bahasa baru diatas bahasa yang
sudah ada (dimiliki sebelumnya).
2.4
Transfer dan Interferensi antara B1 dan B2
Pada
pembahasan sebelumnya telah dibahas beberapa aspek B1 yang berpengaruh dalam
proses pembelajaran B2, bahwa B1 dapat mengganggu penggunaan B2 pembelajar.
Pembelajar akan cenderung mentransfer unsur bahasa pertama kedalam bahasa
keduanya. Chaer (2009:261) menyebutkan dalam kajian sosiolinguistik disebut
interferensi, campur kode, dan kekhilafan (error). Memang, sejalan
dengan taraf kemampuan terhadap B2, penggunaan dan proses transfer unsur-unsur
B1 ini lama-kelamaan akan berkurang. Interferensi ialah masuknya unsur suatu
bahasa ke dalam bahasa lain yang mengakibatkan pelanggaran kaidah bahasa yg
dimasukinya baik pelanggaran kaidah fonologis, gramatikal, leksikal, maupun
semantis. Dalam peristiwa interferensi terjadi transfer, yaitu penggunaan
kaidah bahasa tertentu pada bahasa lainnya (modifikasi, sumber: study
cycle.net). Namun, Nabatan (Chaer, 2009:261) mengemukakan “secara teoritis
tidak ada orang yang mempunyai kemampuan berbahasa kedua sebaik dengan bahasa
pertama”. Yang mungkin terjadi adalah orang mampu berbahasa kedua dalam
beberapa bidang kegiatan atau keilmuan saja.
Dalam
proses pemerolehan B1 terjadi penuranian. Chaer (2009:261) menyebutkan
dalam hipotesis nurani disebutkan bahwa “pemerolehan bahasa pertama yang
berlangsung sejak bayi sampai berakhirnya masa atau periode kritis untuk
memperoleh bahasa pertama, sedikit demi
sedikit, ... , bahasa pertama itu dinarunikan”, proses penuranian hampir
sama dengan proses akuisisi, yakni berlangsung secara tidak sadar, dan proses
tersebut sudah mencakup semua kemampuan bahasa, seperti sintaksis, fonologi,
morfologi, dan leksikon.
Interferensi
yang terjadi antara B1 dan B2 dapat mencakup segala aspek bahasa. Chaer
(2009:261-263) memberikan tiga contoh mengenai interferensi berikut ini:
a. Interferensi
dalam tataranfonologi, contoh seorang penutur bahasa Indonesia yang berasal
dari pulau Nias sering melafalkan voiceless phoneme bilabial stop [p]
menjadi voiceless phoneme labiodental fricative [f].
b. Interferensi
dalam tataran morfologi,contoh tentang pembentukan kata dengan afiks. Dalam
bahasa Belanda dan Inggris terdapat kata sufiksisasi, maka banyak pula penutur
Indonesia yang kemudian menggunakannya dalam pembentukan kata dalam bahasa
Indonesia seperti tendanisasi, turinisasi. Bentuk seperti itu merupakan
penyimpangan dari sistem morfologi bahasa Indonesia, karena dalam bahasa
Indonesia ada konfisk pe-an untuk membentuk nominal. Jadi, bentuk yang benar
adalah penendaan, penurian. Contoh lain, tentang penggunaan bentuk ketabrak,
kejebak, dan kekecilan, dalam bahasa Indonesia tergolong kasus
interferensi. Bentuk tersebut datang dari bahasa Jawa dan dialek Jakarta,
sementara bentuk yang benar adalah tertabrak, terjebak, terlalu kecil.
c. Interferensi
dalam tataran sintaktik, contoh dari bilingual Jawa-Indonesia dan
Sunda-Indonesia. Contoh bunyi kalimat-kalimatnya adalah:
·
Disini toko laris yang mahal sendiri.
Kalimat ini jelas
berstruktur bahasa Jawa yang sebenarnya berbunyi “ning kene toko laris sing
larang dewe”.
·
Surat itu telah dibaca oleh saya.
Kalimat diatas merupakan
bentuk bahasa Indonesia yang
terinterferensi bahasa Sunda yang sebenarnya berbunyi “eta surat geus dibaca ku
kuring”.
Dewasa
ini banyak orang Indonesia dalam menggunakan bahasa sering kali menyelipkan
sejumlah leksikal bahasa asing (Inggris, Arab, dan sebagainya). Menurut Chaer
(2009:263), hal ini juga merupakan proses transfer sadar dan sengaja dengan dua
alasan (a) karena dia tidak tahu padanannya dalam bahasa Indonesia, (b) sebagai
sarana gengsi untuk memberi kesan bahwa dia orang pandai”. beliau juga
mempertegas pendapatnya bahwa “penggunaan leksikal asing ini ... bukanlah suatu
transfer karena bahasa asing itu bukan bahasa pertama si pembicara itu”. Jadi,
penggunaan leksikal bahasa asing dalam kebahasaan bukan merupakan proses
transfer dari bahasa kedua, karena bahasa asing itu bukan bahasa pertama
pembelajar.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Bahasa
adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi, baik berupa pengungkapan
gagasan, ide, ekspresi, maupun penyampaian informasi terhadap orang lain.
Secara umum, bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan manusia. Ketika
suatu interaksi dibangun, disitulah
bahasa berkembang dan digunakan.
Bahasa
pertama adalah bahasa yang diperoleh pertama kali oleh anak ketika dia masih
kecil. Proses pemerolehan ini disebut acquisition, yang berarti
pemerolehan bahasa tersebut terjadi secara tidak sadar dan alami. Ketika anak
belajar mengekpresikan kemauannya dalam bentuk bahasa kepada ibunya atau
lingkungannnya, disitulah secara alami bahasa pertama anak diperoleh.
Bahasa kedua adalah bahasa yang
dipelajari ketika seseorang telah memiliki bahasa pertamanya. Proses
pembelajaran B2 lebih bersifat learning. Hal ini karena seseorang tidak
lagi mempelajarinya dengan alami, melainkan harus ada upaya dalam pembelajaran
bahasa itu. Dalam pembelajaran bahasa kedua seseorang tidak akan terlepas dari
pengaruh bahasa pertama. Karena pembelajaran bahasa kedua sama halnya dengan
proses penerimaan bahasa baru terhadap bahasa yang telah pembelajar miliki
terlebih dahulu. Ini memungkinkan adanya pengaruh unsur B1, baik dalam segi
fonologi, sintaksis, morfologi, maupun leksikon terhadap unsur B2. Pengaruh ini
dapat berupa transfer dan interferensi antara kedua bahasa tersebut.
Terdapat beberapa hubungan antara B1
dengan B2 yang tengah seseorang pelajari, baik meliputi persamaan dan perbedaan
unsur kebahasaan, maupun struktur bahasa. Adanya kemudahan dalam belajar B2
karena terdapat beberapa kesamaan antara B1 dan B2. Sebaliknya, timbulnya
kesulitan dalam pembelajaran B2 karena adanya perbedaan antara kedua bahasa,
yang bahkan dapat menimbulkan kesalahan.
Transfer dan interferensi adalah proses
dimana penutur asli bahasa pertama akan menggunakan unsur B1 ketika dia
mempelajari bahasa keduanya. Jadi, unsur bahasa yang berupa persamaan maupun
perbedaan antara B1 dan B2, sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
pembelajaran B2. Semakin banyak persamaan unsur B1 (mencakup segi fonologi,
sintaktik, morfologi, dan leksikon), semakin mudah proses pembelajaran B2
sebaiknya, semakin besar perbedaan unsur B1 dengan B2 semakin pembelajar
mendapat kesulitan.
3.2
Saran
Dari
pembahasan diatas, perlu kita ketahui bahwa adanya pengaruh B1 terhadap B2 akan
selalu ada. Dalam proses pemerolehan B1, seseorang telah mengalami penalurian
(pemerolehan bahasa secara alami), sehingga secara otomatis segala unsur bahasa
dalam B1 akan melekat dan mudah dia kuasai. Lain halnya dengan B2, seseorang
masih harus berusaha (secara sadar) untuk menguasai segala unsur bahasa tentang B2. Dari itu, ada empat saran
untuk mendapatkan kemampuan lebih baik dalam belajar B2, yaitu:
a. Proses
pemerolehan bahasa adalah sebuah proses pembiasaan, yang berarti semakin
terbiasa seseorang untuk merespon stimulus yang datang padanya, semakin besar
kemampuandalam penguasaan bahasanya.
b. Meningkatkan
motivasi dalam belajar B2.
c. Mempelajari
segala aspek yang berhubungan dengan B2 yang tengah dipelajari, yakni aspek
budaya dari bahasa kedua tersebut. Ini sangat membantu dalam pengembangan
pembelajaran bahasa. Karena kebanyakan pembelajar bahasa kedua hanya
mempelajari dari unsur kebahasaannya saja.
d. Meningkatkan
intensitas penggunaan B2 dalam praktik keseharian. Ini sejalan dengan ungkapan practice
makes perfect, yang berarti semakin sering seseorang berlatih menggunakan
B2 tersebut, semakin cepat B2 dikuasai.
DAFTAR
RUJUKAN
Chaer, A. 2009. Psikolinguistik:
kajian teoretik. Jakarta: Rineka Cipta.
Ghazali, A.S. 2010. Pembelajaran
Keterampilan Berbahasa: dengan pendekatan komonikatif-interaktif. Bandung:
PT Refika Aditama.
Indah, R.N., &Abdurrahman. 2008. Psikolinguistik: konsep & isu umum. Malang:
UIN Malang Press.
Isnaini, Iswahyuni, Hapsari,
Y.&Dewi. Modul Bahasa Inggris: Foreign Language Acquisition. Universitas
Brawijaya.
Kamus Besar.com. bahasa kedua, (http://www.kamusbesar.com/47875/bahasa-kedua), diakses 8 Juni 2013.
Safriandi. 2009. Bahasa Pertama
Vs Bahasa Kedua, (http://nahulinguistik.wordpress.com/2009/11/09/bahasa-pertama-vs-bahasa-kedua/), diakses 8 Juni 2013.
Study Cycle.net. 2010. Interferensi Bahasa, (http://
www.interferensi-bahasa.html), diakses 7 Juni 2013.