Friday, January 16, 2015

Pertemanan Antar Bahasa

Keunikan Pertemanan antar Budaya Indonesia dan Jerman
serta Pertemuan Nilai-Nilai dari Keduanya;
“Is it strange for you?”

PENDAHULUAN
Lain ladang, lain pula belalangnya. Kalimat tersebut menjadi slogan yang cocok untuk berbicara tentang budaya. Setiap wilayah, bangsa, dan negara memiliki budaya masing-masing. Setiap negara pastinya memiliki budaya yang berbeda satu sama lain seperti perbedaan dalam gaya berkomonikasi, pendidikan, bisnis, etos kerja, nilai pertemanan, dan aspek-aspek lain. Kebudayaan erat hubungannya dengan masyarakat. Kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial, ilmu pengetahuan, keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, norma sosial, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Terdapat banyak cara bagaimana kita bisa mempelajari budaya lain, salah satunya adalah melalui pertemanan antar budaya. Pertemanan adalah sebuah hubungan dimana beberapa orang saling mengetahui, suka, dan percaya satu sama lain (Levine&Adelman:1992). Pertemanan antar negara menjadi cara untuk bisa meningkatkan kesadaran akan pentingnya toleransi antar budaya.
Memiliki banyak teman bukan dari negara sendiri saja ternyata cukup menyenangkan. Berteman dengan orang-orang yang tidak satu negara dengan kita memiliki kesenangan tersendiri. Susah diungkapkan dengan kata-kata bagaimana kesenangan-kesenangan itu. Umur tidak menjadi batasan dalam hubungan pertemanan aku dengan mereka. Kalau mereka menghendaki memanggil mereka dengan kakak atau abang, aku akan memanggil mereka dengan sebutan tersebut. Tapi kalau mereka lebih menyukai aku memanggil dengan sebutan nama saja, aku akan memanggil nama mereka saja. Sesuai apa yang mereka inginkan.
Banyak sekali kesenangan dalam berkawan dengan orang yang berbeda bangsa. Kita bisa bertukar pikiran dari dua budaya yang berbeda, mempelajari budaya negara lain, belajar bahasa mereka, dan saling bertukar informasi tentang apa yang “happening” di negara kita. Bertukar berbagai macam hal merupakan daya tarik tersendiri dari hubungan pertemanan itu.
Dalam menjalin pertemanan, terutama yang memiliki perbedaan budaya, tentu membutuhkan kesadaran budaya yang tinggi. Karena perbedaan budaya dapat memunculkan perbedaan pendapat, persepsi, dan bahkan stereotype (Levine&Adelman:1992). Perbedaan pendapat yang seringkali menimbulkan pertengkaran, sebenarnya lumrah untuk dihadapi setiap orang. Tetapi pertengkaran bukanlah hal yang seharusnya menimbulkan perpecahan atau konflik berkepanjangan. Sesama teman, ada baiknya bila kita lebih toleransi dan lapang dalam menerima setiap perbedaan.

PEMBAHASAN
Dalam pembahasan ini akan dibahas pertemanan antar budaya dan pentingnya toleransi antar keduanya. Ini semua berdasarkan pengalaman yang saya alami selama berteman dengan orang-orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Diantara teman lintas budaya yang saya miliki, saya memilih teman saya yang berasal dari Jerman, karena notabene budaya Eropa memiliki perbedaan budaya yang cukup menonjol dengan budaya Asia. Dia sempat tinggal di Indonesia selama satu bulan. Pertemanan ini telah berlangsung empat bulan terhitung sampai tulisan ini saya buat.
Berteman atau menjalin komunikasi dengan orang tidak sebudaya, memang sedikit menantang. Ini berarti bahwa kita harus mampu mempelajari dan mengenal kebudayaan mereka. Oleh karenanya, mengenali budaya luar sangat penting. Contohnya, saya memiliki teman dari Prancis. Saya harus dapat meluangkan waktu untuk mempelajari sedikit tentang kebudayaan teman saya. Mengapa sedikit? Karena saat kamu tahu bahwa dia (temanmu) berasal dari kepulauan yang sama, kamu bisa bertanya banyak hal dari yang tidak kamu ketahui sebelumnya. Tapi dengan pengetahuan yang telah kamu miliki sebelumnya, biasanya, seseorang akan merasa senang saat ada satu atau dua hal yang orang lain tahu tentang dirinya. Dan setelah itu, dia akan mulai memberikan respon yang baik dengan mencoba mengenali kebudayaanmu.
Sekilas Tentang Jerman
Sebelum kita mulai dengan pembahasan inti, mari kita mengenal secara umum tentang Jerman. Dalam Jerman yang berpenghuni sekitar 82 juta orang jauh mendahului negara anggota Uni Eropa lainnya sebagai negara yang paling padat penduduknya (kaskus:2014). Jerman merupakan negara modern yang terbuka terhadap dunia luar. Masyarakatnya ditandai oleh keanekara¬gaman gaya hidup dan ciri etnobudaya. Bentuk-bentuk kehidupan bersama menjadi lebih beragam, sedangkan ruang gerak bagi individu diperluas. Pembagian peran yang berlaku secara tradisional bagi laki-laki dan perempuan telah dilonggarkan. Meskipun terjadi perubahan dalam masyarakat, keluarga tetap merupakan kelompok relasi sosial terpenting, dan generasi muda memelihara hubungan sangat erat dengan orang tua mereka.
Nilai-Nilai  Budaya Indonesia dan Jerman
Selama pertemanan ini saya menemukan fakta unik dan perbedaan budaya yang kami rasakan. Fakta tersebut mencakup nilai kebiasaan, cara komonikasi, dan nilai pertemanan. Berikut akan dijelaskan secara dalam tentang nila-nilai tersebut.
Nilai yang saya pelajari adalah bahwa gaya hidup orang Jerman lebih cenderung individu. Hal ini sejalan dengan nilai di Amerika yang juga menekankan pada individualisme. Geißler (2014) mengatakan bahwa masyakarat Jerman bersifat modern. Kebanyakan orang memiliki pendidikan yang baik, taraf hidup yang tinggi dalam perbandingan internasional, dan ruang gerak yang cukup luas untuk mengatur kehidupan secara individual. Mereka sangat menjunjung tinggi privasi, bahkan ini menjadi kebutuhan. Mereka mengutamakan waktu privasi dan tidak terlalu menyukai hal yang dilakukan bersama-sama. Mereka akan benar-benar bersama dengan keluarga atau deman dekat hanya ketika telah datang hari libur dan akhir pekan. Tentu ini sangat bertolak belakang dengan kebudayaan kita di Indonesia. Kita sangat suka melakukan apapun secara beramai-ramai. Tidak heran, kita sering menemukan istilah “mangan gak mangan seng penting ngumpul”. Seperti contoh, para remaja dan dewasa sering hangout dan makan bersama-sama dengan keluarga, sahabat, dan teman-teman mereka. Hal ini yang menimbulkan culture shock dalam pertemanan kami. Kalimat yang mengindikasikan hal tersebut adalah ketika bilang “is it strange for you?” dan “you may think it is strange for you”. Marilah kita analisa kalimat tersebut berdasarkan arti kata. Kata “you” lebih merujuk pada orang atau budaya Indonesia. Kata “strange” dapat pula berarti sesuatu yang memiliki perbedaan mencolok. Dari kalimat tersebut menunjukkan bahwa dia merasakan perbedaan budaya selama tinggal di Indonesia.
Keunikan lain yang ditemukan adalah para remaja dewasa di Jerman sudah berani untuk hidup sendiri, jauh dari keluarga. Berdasarkan data yang ditemukan bahwa remaja dewasa Jerman suka terjun dalam bidang sosial dan pengabdian masyarakat. Tak heran, teman saya (orang Jerman) adalah salah satu remaja dewasa yang senang bergelut dalam bidang sosial dan pengabdian. Ini berbeda dengan budaya kita yang masih memberikan garis jelas tentang status remaja dewasa dalam keluarga. Remaja dewasa kita cenderung masih “berada” dalam keluarga. Maka tak jarang di Indonesia banyak kita temukan keluarga besar yang beranggotakan lebih dari keluarga inti. Namun berbeda di Jerman, kebanyakan sebuah keluarga hanya terdiri dari anggota inti yaitu ayah, ibu, dan anak.
 keramahan tidak selalu mengindikasi mereka mudah menjalin pertemanan dengan orang lain. Ini jelas sangat dipengaruhi pula oleh nilai sebelumya. Bisa kita katakan mereka cukup selektif dalam berteman. Mereka tidak mudah berhubungan atau menjalin komunikasi dengan orang yang mereka anggap kurang  ramah. Seperti yang kita ketahui bahwa kesan pertama membawa segalanya. Bahkan sesekali mereka mempertimbangkan attitude seseorang ketika mereka berbicara. Ketika saya bertanya kepada dia “bagaimana anda bisa memilih untuk berbicara atau tidak dengan orang lain”, dia menjawab “well, it’s about the feeling anyway”. Dari percakapan tersebut menjelaskan bahwa mereka cukup selektif dalam memilih teman berbicara hingga tak jarang mereka memperhatikan/mempertimbangkan kesan pertama dari dari lawan bicara.    
Selanjutnya, hal yang saya dapat dari dia adalah penyebutan nama tanpa ada imbuhan status didepan nama seperti kak, dik, pak, bu, dll. Tak heran ketika pertama kami bertemu terdapat sedikit keasingan ketika saya memanggil dia dengan “Miss.”. dia justru menyebutkan bahwa pemanggilan nama pendek justru mengindikasikan kewajaran dan kenyamanan bagi mereka. Bicara masalah tampilan fisik, orang Jerman memang memiliki kulit yang putih kemerahan. Namun justru mereka lebih suka jika kulit mereka cenderung lebih gelap. Ini yang terjadi ketika sesekali saya dan teman-teman saya, termasuk dia (orang Jerman) pergi berlibur. Sering kali kami menghindari sinar matahari dan mencari tempat rindang. Namun berbeda dengan teman Jerman saya yang sangat suka berada di bawah sinar matahari. Bahkan kami sedang naik sepeda motor, dia pernah bertanya “why are you wearing that?”  (kenapa kok pakai itu/sarung tangan?). kemudian saya menjawab “it protects me from the sun” (ini melindungiku dari sinar matahari). Jelas bahwa kita orang Indonesia lebih suka untuk menghindari sinar matahari untuk menjaga kulit tetap cerah. 
Aspek lain yang menonjol adalah ketepatan  waktu. Mereka sangat menghargai waktu.  Jerman sangat menghargai waktu, jika ada janji, tidak akan berubah waktu dengan mudah. Orang Jerman jika diundang ke rumah orang lain atau pergi keluar untuk mengunjungi teman, akan tiba dengan tepat waktu , tidak membuang-buang waktu dengan datang lebih awal ataupun terlambat. Di Jerman jika tidak ada acara khusus, mereka harus menghargai tetangga sekitar dengan tidak diperbolehkan menbuat kebisingan dari pukul 20:00-08:00 hari berikutnya. Jika ada acara khusus, harus minta izin di awal ke tetangga-tetangga. Jika tidak, akan menuai protes dari tetangga dan bahkan akan dilaporkan ke polisi. Dalam hal ini saya memiliki pengalaman tentang kedisiplinan waktu orang Jerman. Ini diperkuat dengan ketepatan waktu teman saya (orang Jerman) yang datang 10 menit lebih cepat dari perjanjian yang kami buat. Ketika itu rumah dia cukup jauh. Dan ini membutuhkan kurang lebih 20 menit untuk ke tempat kami bertemu. Belum lagi kemacetan yang terjadi. Saya sedikit kaget pertama, karena saya berfikir paling tidak dia harus mempersiapkan untuk berangkat 40 menit jika dia akan datang 10 menit lebih awal dari jam janjian. Namun ternyata dia dapat melakukannya. Kemudian saya sadar bahwa hal tersebut menunjukkan kesungguhan orang Jerman untuk menepati janji. Hal ini pula yang menyebabkan perlu adanya penyesuaian budaya ketika salah satu dari kedua budaya, baik orang Indonesia maupun orang Jerman bertemu.


PENUTUP
Sebagai makhluk sosial manusia kita dituntut untuk bisa menjalin hubungan (bersosialisasi) dengan manusia lainnya. Dalam melakukan sosialisasi tersebut tidak jarang kita berkenalan, berteman, bergaul atau bersahabat dengan orang lain yang berbeda suku bangsa, negara, nilai-nilai tradisi, pemikiran, latar belakang budaya, dll. Untuk itu maka diperlukan suatu pengertian diantara keduanya. Saling pengertian ini dapat diwujudkan apabila dari setiap individu secara pribadi mau belajar budaya orang lain. Individu yang gagal dalam mengadaptasi budaya lain dapat menderita gegar budaya (culture shock) yaitu kecemasan yang disebabkan oleh hilangnya tanda-tanda dan lambang-lambang dalam pergaulan sosial.
Saran
Dalam menjalin pertemanan lintas budaya, dibutuhkan kesadaran berbudaya yang tinggi. Karena itu perlu memperhatikan hal berikut ini untuk melakukan komonikasi dan hubungan lintas budaya secara efektif:
·         adanya sikap memupuk rasa toleransi budaya
·         adanya sikap menghormati anggota budaya lain
·         adanya sikap menghormati budaya lain sebagaimana adanya, dan bukan sebagaimana yang kita kehendaki.
·         adanya sikap menghormati hak anggota budaya yang lain untuk bertindak berbeda dari cara kita bertindak.



Daftar Pustaka
Fakta menarik tentang Jerman http://kaskus-forum2.blogspot.com/2014/04/fakta-menarik-tentang-jerman.html, diakses 11 Januari 2015
Fakta Unik tentang Jerman. 2014. http://www.berkuliah.com/2014/07/50-fakta-unik-tentang-jerman.html, diakses 11 Januari 2015.
Geißler, R. 2014. http://www.tatsachen-ueber-deutschland.de/id/masyarakat/main-content-08/masyarakat-jerman-modern-majemuk-dan-terbuka.html. diakses 15 Januari 2015.

Levine, D.R., Adelman, M.B. 1992. Beyond Language; Cross Culture Communication. New York: Prentice Hall.