Sunday, February 2, 2014

Pengaruh Bahasa Pertama terhadap Bahasa Kedua

Hi everyone...
Salam kenal dari saya untuk teman-teman semua. Di kesempatan kali ini saya akan membagikan contoh makalah yang saya buat saat mengerjakan tugas akhir mata kuliah Bahasa Indonesia. Disini saya akan berbagi format penulisan makalah yang baik dan benar eisss.. :)
Saya memilih topik tentang pengaruh bahasa pertama dalam proses pembelajaran bahasa kedua. Topik ini menarik bagi saya karena kasus ini sering terjadi di lingkungan masyarakat Indonesia kita sekarang yang notabene merupakan masyarakat multi bahasa. In addition, sadar atau tidak kita pun mengalaminya. Semoga makalah ini bisa membantu teman-teman dalam menambah wawasan atau hanya sekedar menambah referensi tentang penulisan makalah Bahasa Indonesia.
Happy learning... :)



PENGARUH BAHASA PERTAMA DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA KEDUA



Makalah
Memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
yang dibina oleh Bapak Didin Widyartono, M.Pd



Oleh :
M. Ghozali Affan
125110500111006







UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
April 2012


UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Kuasa atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isi yang sangat sederhana yang berjudul “Pengaruh Bahasa Pertama Dalam Pembelajaran Bahasa Kedua”. Saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Didin sebagai dosen pengampu  mata kuliah Bahasa Indonesia dan semua dosen yang telah membina dan mengarahkan saya untuk menyusun makalah ini, serta kepada seluruh teman-teman mahasiswa.
Makalah ini memuat informasi tentang sejauh mana pengaruh bahasa pertama (B1) dalam pembelajaran bahasa kedua (B2). Tema ini sengaja dipilih karena sangat menarik untuk ditelaah ulang dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap pembelajaran bahasa.
Semoga makalah ini dapat membantu menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca, dipergunakan sebagai salah satu acuan, dan petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan. Makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Malang, Desember 2012

                        Penulis






DAFTAR ISI

Halaman
UCAPAN TERIMA KASIH............................................................................. ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
1.3 Tujuan dan Manfaat....................................................................................... 2
1.3.1 Tujuan......................................................................................................... 2
1.3.2 Manfaat....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bahasa......................................................................................... 3
2.1.1 Hakekat Bahasa.......................................................................................... 3
2.1.2 Fungsi Bahasa............................................................................................ 3
2.2 Pengertian Bahasa Pertama dan Bahasa Kedua............................................ 4
2.3 Keterkaitan Bahasa Pertama dalam Pembelajaran Bahasa Kedua................ 5
2.4 Transfer dan Interferensi antara B1 dan B2.................................................. 8

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 11
3.2 Saran............................................................................................................ 12
DAFTAR RUJUKAN........................................................................................ 13








BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Bahasa merupakan suatu wujud yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, ’’sehingga dapat pula dikatakan bahwa bahasa adalah milik manusia yang telah menyatu dengan pemiliknya’’ (Chaer, 2009:5). Bahasa juga merupakan alat untuk berkomunikasi, menyampaikan pikiran, gagasan, ekspresi, dan menjalin interaksi (hubungan timbal balik) satu sama lain dalam kehidupan manusia.
Adanya tuntutan globalisasi dan perkembangan IPTEK yang semakin pesat, membuat kita sadar bahwa antara satu bangsa dengan bangsa lain memiliki ketergantungan (saling membutuhkan). Sehingga menjalin hubungan antar negara adalah mutlak dilakukan untuk memenuhi kebutuhan satu sama lain. Karena membangun hubungan baik akan meningkatkan kemajuan bangsa dan kesejahteraan bersama.
Semua bangsa memiliki ciri khas tersendiri, baik sistem pemerintahan, politik, ekonomi, budaya, dan bahkan bahasa mereka. Tentu kita harus sadar bahwa kita tidak akan bisa menjalin hubungan baik antar negara dengan hanya mengandalkan satu bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain yang berbeda bangsa, yang tentunya memiliki bahasa berbeda pula. Oleh karena itu, manusia harus belajar dalam bidang penguasaan bahasa agar dapat berkomunikasi dengan orang lain yang berbeda latar belakang bangsanya.
Chaer (2009:251) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran bahasa, khususnya pembelajaran bahasa kedua, seperti faktor motivasi, penyajian formal, lingkungan, dan sebagainya. Salah satu faktor yang menarik bagi penulis untuk ditinjau lebih lanjut ialah pengaruh bahasa pertama (bahasa ibu) terhadap proses pembelajaran bahasa kedua yang menentukan keberhasilan seorang dalam proses pemerolehan bahasa kedua. Karena itu, penulis akan membahas secara lebih mendalam terkait hal ini.



1.2  Tujuan dan Manfaat
1.2.1        Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui pengaruh bahasa pertama (meliputi segala unsur bahasa, baik dari segi fonologi, morfologi, sintaksis, maupun leksikon) terhadap bahasa kedua, menjelaskan adanya transfer dan interferensi dari bahasa pertama kedalam proses pembelajaran bahasa kedua.Makalah ini juga bertujuan mengetahui perihal apa yang akan terjadi ketika proses pembelajaran bahasa kedua dilakukan ketika penalurian bahasa pertama telah dialami.
1.2.2        Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan penjelasan akan peranan bahasa pertama dalam proses pemerolehan bahasa kedua, serta menjadi sebuah inspirasi baru berupa gagasan, motivasi, dan dukungan untuk sistem pembelajaran bahasa kedua di negara kita selanjutnya.

1.3  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian sekilas tentang permasalahan diatas maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa hakikat dan fungsi bahasa itu?
2.      Apa pengertian dari bahasa pertama dan bahasa kedua?
3.      Apa keterkaitan bahasa pertama ketika pembelajaran bahasa kedua telah dimulai?
4.      Bagaimana transfer dan interferensi antara bahasa pertama dan bahasa kedua terjadi?






BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bahasa
2.1.1 Hakikat Bahasa
Secara umum bahasa merupakan suatu alat untuk berkomunikasi. “Bahasa merupakan alat utama dalam komunikasi yang memiliki daya ekspresi dan informasi yang benar” (Indah & Abdurrahman, 2008:46). manusia sangat membutuhkan bahasa untuk membangun interaksi antara satu dengan yang lain. Sebagai manusia yang aktif, dalam  kehidupan bermasyarakat, orang sangat bergantung pada penggunaan bahasa. Hal ini sesuai dengan pernyataan dimana ada masyarakat, disitu ada penggunaan bahasa. Dengan kata lain, dimana ada aktifitas terjadi, disitu aktifitas bahasa tercipta(Indah & Abdurrahman, 2008:46).
Chaer (2009:30) menyatakan “para pakar linguistik deskriptif biasanya mendefinisikan bahwa bahasa sebagai satu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer, ... yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasi diri”. Chaer juga menambahkan bahwa bahasa merupakan sistem yang bersifat sistematis, bukan hanya terbentuk dari sistem tunggal saja, tetapi terbentuk oleh sejumlah subsistem yang meliputi sintaksis, fonologi, dan leksikon.
Asal usul bahasa sangat bermacam-macam dan berhubungan erat dengan kebudayaan manusia. Von Schlegel (Chaer, 2009:31-32) berpendapat “bahasa-bahasa yang ada di dunia ini tidak mungkin bersumber dari satu bahasa. Asal-usul bahasa itu sangat berlainan tergantung pada faktor-faktor yang mengatur tumbuhnya bahasa itu”. Menurut Von Schlegel, dari manapun asal bahasa, akal manusialah yang membuat bahasa itu sempurna.Dengan kata lain, bahasa berasal dari setiap kebudayaan manusia di dunia.
2.1.2 Fungsi Bahasa
Wardhaugh (Chaer, 2009:33), seorang pakar sosiolinguistik mengatakan bahwa bahasa memiliki fungsi sebagai alat komunikasi, baik berupa lisan maupun tulisan.  Sejalan dengan pendapat tersebut, Indah dan Abdurraman (2008:50) mengemukakan pendapat berikut ini:
Pertama, fungsi bahasa sebagai intrapersonal (mathetik) yaitu, penggunaan bahasa untuk memecahkan persoalan (problem solving), mengambil keputusan (decision making), berfikir, mengingat dan sebagainya. Kedua, fungsi bahasa yang bersifat interpersonal (prakmatik), yaitu yang menunjukkan suatu pesan atau keinginan penutur (message). Biasanya diungkapkan dalam bentuk perintah, kalimat tanya, dan kalimat berita.
Sejalan dengan pendapat diatas, Kinneavy (chaer, 2009:33) juga mengemukakan lima fungsi dasar dari bahasa secara lebih khusus, yakni bahasa sebagai fungsi ekspresi (berupa ungkapan batin/perasaan), informasi, eksplorisasi (berhubungan dengan penggunaan bahasa untuk menjelaskan suatu hal, keadaan dan perkara), persuasi (bersifat mengajak/membujuk), dan hiburan.

2.2 Pengertian Bahasa Pertama dan Bahasa Kedua
Bahasa pertama adalah bahasa yang pertama kali anak peroleh ketika  masih kecil. Isnaini, Iswahyuni, Hapsari, dan Dewi (2011:2) menjelaskan bahwa “the important features that all shades of L1s share are that they are assumed to be languages which are acquired during early childhood, normally beginning before the age about three years”. Sofa (2008) menyatakan bahasa pertama (selanjutnya disingkat B1) adalah bahasa pada anak ketika mulai berkomunikasi dengan lingkungannya secara verbal, dan semua itu terjadi secara alami.
Bahasa kedua adalah bahasa yang dipelajari setelah seseorang memperoleh bahasa pertamanya. Dalam kamus besar, bahasa kedua adalah bahasa yg dikuasai oleh bahasawan bersama bahasa ibu pada masa awal hidupnya dan secara sosiokultural dianggap sebagai bahasa sendiri.Sering pula Isnaini, Iswahyuni, Hapsari, dan Dewi (2011:2-3) menyebut bahasa kedua(selanjutnya disingkat B2) sebagai target language (TL), meskipun bahasa yang dipelajari tersebut menjadi bahasa yang ketiga, keempat, dan seterusnya.
Pemerolehan bahasa pertama berbeda dengan pembelajaran bahasa kedua. Syafriandi (2009) menyatakan “pemerolehan (akuisisi) bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. ... . Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang kanak-kanak mempelajari bahasa kedua setelah dia memperoleh bahasa pertamanya”. Jadi, pemerolehan bahasa berhubungan dengan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran bahasa berhubungan dengan bahasa kedua.

2.3 Keterkaitan Bahasa Pertama dalam Pembelajaran Bahasa Kedua
Terdapat beberapa hubungan antara B1 dengan B2 yang tengah seseorang pelajari, baik meliputi persamaan dan perbedaan unsur kebahasaan, maupun struktur bahasa. Chaer (2009:246-247) mengemukakan “kesamaan itu terletak pada urutan pemerolehan struktuk bahasa, seperti modus interogasi, negasi, dan morfem-morfem gramatikal. ... . Unsur kebahasaan tertentu akan diperoleh terlebih dahulu, sementara unsur kebahasaan lain baru diperoleh kemudian”.  Sofa (2008) menyebutkan salah satu perbedaan antara pemerolehan bahasa pertama dan bahasa kedua ialah bahwa pemerolehan bahasa pertama merupakan komponen yang hakiki dari perkembangan kognitif dan sosial seorang anak, sedangkan pemerolehan bahasa kedua terjadi setelah perkembangan kognitif dan sosial seorang anak sudah selesai. Dalam hal penguasaan lafal, anak-anak lebih dapat menguasai pelafalan B1, sedangkan untuk pelafalan B2 mereka cenderung lebih kesulitan dan kurang sempurna.
Charles Fries dan Robert Lado (Chaer, 2009:247) mengembangkan hipotesis yang disebut Hipotesis Kontraktif yang membahas perbedaan antara B1 dan B2. Perbedaan itu dapat memberikan kemudahan maupun kesulitan dalam pemerolehan B2. Adanya kemudahan dalam belajar B2 karena terdapat beberapa kesamaan antara B1 dan B2. Sebaliknya, timbulnya kesulitan dalam pembelajaran B2 karena adanya perbedaan antara kedua bahasa, yang bahkan dapat menimbulkan kesalahan.
Dalam hipotesis konstaktif menyatakan bahwa seorang pembelajar B2 seringkali melakukan transfer B1 kedalam B2-nya dalam menyampaikan suatu gagasan. chaer (2009:247) mengemukakan “transfer ini dapat terjadi pada semua tingkat kebahasaan: tata bunyi, tata bentuk kata, maupun tata kalimat”. Ketika pembelajaran B2 berlangsung, terjadi tansfer positif dan negatif antara B1 dan B2. Chaer (2009:247) mengartikan transfer positif adalah adanya kesamaan struktur yang menimbulkan kemudahan, sedangkan transfer negatif berkaitan dengan ketidaksamaan struktur kedua bahasa yang menimbulkan kesulitan dalam proses pembelajaran bahasa tersebut.
Selama pembelajaran B2 berlangsung, seseorang khususnya pada anak akan cenderung masih menggunakan B1 untuk mengawali beberapa ucapan dalam B2 sebelum bahasa keduanya benar-benar didapat. Dalam hipotesis bahasa pertama yang dikembangkan oleh Stephen Krashen (Chaer, 2009:249) menyatakan pendapat berikut ini:
... bahasa pertama anak akan digunakan untuk mengawali ucapan dalam bahasa kedua, selagi penguasaan bahasa kedua belum tampak. Jika seorang anak pada tahap permulaan belajar bahasa kedua dipaksa menggunakan atau berbicara dalam bahasa kedua, maka dia akan menggunakan kosa kata dan aturan tata bahasa pertamanya. ... berilah kesempatan pada anak untuk mendapatkan imput yang bermakna dan untuk mengurangi filter afektifnya. Dengan demikian, penguasaan bahasa kedua dengan sendirinya akan berkembang pada waktunya.
Ellis (Chaer, 2009:256) mengemukakan “para pakar pembelajar bahasa kedua pada umumnya percaya bahwa bahasa pertama (bahasa ibu atau bahasa yang pertama diperoleh) mempunyai pengaruh terhadap proses penguasaan bahasa kedua pembelajar”. Sejalan dengan itu, Dulay (Chaer, 2009:256) menyatakan bahwa bahasa pertama menjadi penggangu dalam proses pembelajaran bahasa kedua. Ini terjadi karena secara umum seorang pembelajar B2 secara sadar maupun tidak mentransfer unsur B1 kedalam B2 ketika dia sedang menggunakannya. Kemudian Indah dan Abdurrahman (2008:84) mengungkapkan “pengajar bahasa asing beranggapan bahwa diperlukan lebih banyak waktu untuk mempelajari bahasa yang jauh daripada yang dekat perbedaannya dengan B1”. Seperti contoh, penutur bahasa inggris membutuhkan lebih banyak waktu mempelajari bahasa Cina  daripada bahasa Spanyol. Dari pendapat-pendapat tersebut kemudian timbul pertanyaan di benak kita, terus apa yang harus kita lakukan, dan dapatkah gangguan B1 dalam proses pembelajaran B2 bisa dihilangkan, atau paling tidak dapt berkurang? Ada dua teori yang bisa menjadi kajian atau jawaban atas pertanyaan diatas, yaitu:
a.       Chaer (2009:256) menjelaskan sebuah teori stimulus-respon yang dikemukakan oleh kaum behaviorisme yang berbunyi “bahasa adalah hasil perilaku stimulus-respons. Maka apabila seorang pembelajar ingin memperbanyak penggunaan ujaran, dia harus memperbanyak penerimaan stimulus”. Oleh karena itu, peran lingkungan sebagai sumber datangnya stimulus sangat penting dalam membantu proses pembelajaran bahasa kedua. Hamid (Chaer, 2009:256-257) menjelaskan bahwa kaum behaviorisme juga berpendapat proses pemerolehan bahasa adalah sebuah proses pembiasaan, yang berarti semakin seseorang terbiasa untuk merespon stimulus yang datang padanya, semakin memperbesar kemungkinan aktifitas pemerolehan bahasanya. Sebaliknya, jika pembelajar belum bisa secara penuh menerima stimulus dari luar, maka dia belum dapat melakukan aktivitas respon.
Chaer (2009:257) memberikan penjelasan terkait diatas bahwa “pengaruh bahasa pertama dalam bentuk transfer ketika berbahasa kedua akan besar sekali apabila pembelajar tidak terus-menerus diberikan stimulus bahasa kedua”. Menurutnya, memang pengaruh ini sudah menjadi intake (dinarunikan) dalam diri pembelajar, namun dengan adanya pembiasaan yang terus-menerus dilakukan melalui pemberian stimulus yang berkesinambungan, pengaruh (yang dimaksud pengaruh negatif) B1 terhadap proses pembelajaran B2 dapat diminimalisir atau dikurangi.
b.      Dalam teori lain, yakni teori kontrastif, Klein (Chaer, 2009:257) memaparkan “keberhasilan belajar bahasa kedua sedikit banyaknya ditentukan oleh keadaan linguistik bahasa yang telah dikuasai sebelumnya oleh pembelajar”. Sejalan dengan pendapat tersebut, Izzo (Ghazali, 2010:126) menyatakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembelajaran B2 adalah aspek linguistik, yakni berkaitan dengan perbedaan antara B1 dan B2 dalam hal pengucapan, tata bahasa, pola wacana. Bananthy (Chaer, 2009:257) menyimpulakan bahwa menurut teori ini “semakin besar perbedaan antara keadaan linguistik  bahasa yang telah dikuasai dengan linguistik bahasa yang hendak dipelajari, semakin besar kesulitan yang dihadapi pembelajar dalam usaha menguasai bahasa kedua”. Bananthy mempertegas pendapatnya dengan menyatakan sebuah solusi bahwa dalam pembelajaran B2, mengetahui unsur linguistik B1 sangat penting untuk menentukan strategi pembelajaran B2, karena belajar B2 tidak berbeda halnya mentransfer bahasa baru diatas bahasa yang sudah ada (dimiliki sebelumnya).

2.4 Transfer dan Interferensi antara B1 dan B2
Pada pembahasan sebelumnya telah dibahas beberapa aspek B1 yang berpengaruh dalam proses pembelajaran B2, bahwa B1 dapat mengganggu penggunaan B2 pembelajar. Pembelajar akan cenderung mentransfer unsur bahasa pertama kedalam bahasa keduanya. Chaer (2009:261) menyebutkan dalam kajian sosiolinguistik disebut interferensi, campur kode, dan kekhilafan (error). Memang, sejalan dengan taraf kemampuan terhadap B2, penggunaan dan proses transfer unsur-unsur B1 ini lama-kelamaan akan berkurang. Interferensi ialah masuknya unsur suatu bahasa ke dalam bahasa lain yang mengakibatkan pelanggaran kaidah bahasa yg dimasukinya baik pelanggaran kaidah fonologis, gramatikal, leksikal, maupun semantis. Dalam peristiwa interferensi terjadi transfer, yaitu penggunaan kaidah bahasa tertentu pada bahasa lainnya (modifikasi, sumber: study cycle.net). Namun, Nabatan (Chaer, 2009:261) mengemukakan “secara teoritis tidak ada orang yang mempunyai kemampuan berbahasa kedua sebaik dengan bahasa pertama”. Yang mungkin terjadi adalah orang mampu berbahasa kedua dalam beberapa bidang kegiatan atau keilmuan saja.
Dalam proses pemerolehan B1 terjadi penuranian. Chaer (2009:261) menyebutkan dalam hipotesis nurani disebutkan bahwa “pemerolehan bahasa pertama yang berlangsung sejak bayi sampai berakhirnya masa atau periode kritis untuk memperoleh bahasa pertama, sedikit demi  sedikit, ... , bahasa pertama itu dinarunikan”, proses penuranian hampir sama dengan proses akuisisi, yakni berlangsung secara tidak sadar, dan proses tersebut sudah mencakup semua kemampuan bahasa, seperti sintaksis, fonologi, morfologi, dan leksikon.
Interferensi yang terjadi antara B1 dan B2 dapat mencakup segala aspek bahasa. Chaer (2009:261-263) memberikan tiga contoh mengenai interferensi berikut ini:
a.       Interferensi dalam tataranfonologi, contoh seorang penutur bahasa Indonesia yang berasal dari pulau Nias sering melafalkan voiceless phoneme bilabial stop [p] menjadi voiceless phoneme labiodental fricative [f].
b.      Interferensi dalam tataran morfologi,contoh tentang pembentukan kata dengan afiks. Dalam bahasa Belanda dan Inggris terdapat kata sufiksisasi, maka banyak pula penutur Indonesia yang kemudian menggunakannya dalam pembentukan kata dalam bahasa Indonesia seperti tendanisasi, turinisasi. Bentuk seperti itu merupakan penyimpangan dari sistem morfologi bahasa Indonesia, karena dalam bahasa Indonesia ada konfisk pe-an untuk membentuk nominal. Jadi, bentuk yang benar adalah penendaan, penurian. Contoh lain, tentang penggunaan bentuk ketabrak, kejebak, dan kekecilan, dalam bahasa Indonesia tergolong kasus interferensi. Bentuk tersebut datang dari bahasa Jawa dan dialek Jakarta, sementara bentuk yang benar adalah tertabrak, terjebak, terlalu kecil.
c.       Interferensi dalam tataran sintaktik, contoh dari bilingual Jawa-Indonesia dan Sunda-Indonesia. Contoh bunyi kalimat-kalimatnya adalah:
·         Disini toko laris yang mahal sendiri.
Kalimat ini jelas berstruktur bahasa Jawa yang sebenarnya berbunyi “ning kene toko laris sing larang dewe”.
·         Surat itu telah dibaca oleh saya.
Kalimat diatas merupakan bentuk  bahasa Indonesia yang terinterferensi bahasa Sunda yang sebenarnya berbunyi “eta surat geus dibaca ku kuring”.
Dewasa ini banyak orang Indonesia dalam menggunakan bahasa sering kali menyelipkan sejumlah leksikal bahasa asing (Inggris, Arab, dan sebagainya). Menurut Chaer (2009:263), hal ini juga merupakan proses transfer sadar dan sengaja dengan dua alasan (a) karena dia tidak tahu padanannya dalam bahasa Indonesia, (b) sebagai sarana gengsi untuk memberi kesan bahwa dia orang pandai”. beliau juga mempertegas pendapatnya bahwa “penggunaan leksikal asing ini ... bukanlah suatu transfer karena bahasa asing itu bukan bahasa pertama si pembicara itu”. Jadi, penggunaan leksikal bahasa asing dalam kebahasaan bukan merupakan proses transfer dari bahasa kedua, karena bahasa asing itu bukan bahasa pertama pembelajar.



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi, baik berupa pengungkapan gagasan, ide, ekspresi, maupun penyampaian informasi terhadap orang lain. Secara umum, bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan manusia. Ketika suatu  interaksi dibangun, disitulah bahasa berkembang dan digunakan.
Bahasa pertama adalah bahasa yang diperoleh pertama kali oleh anak ketika dia masih kecil. Proses pemerolehan ini disebut acquisition, yang berarti pemerolehan bahasa tersebut terjadi secara tidak sadar dan alami. Ketika anak belajar mengekpresikan kemauannya dalam bentuk bahasa kepada ibunya atau lingkungannnya, disitulah secara alami bahasa pertama anak diperoleh.
Bahasa kedua adalah bahasa yang dipelajari ketika seseorang telah memiliki bahasa pertamanya. Proses pembelajaran B2 lebih bersifat learning. Hal ini karena seseorang tidak lagi mempelajarinya dengan alami, melainkan harus ada upaya dalam pembelajaran bahasa itu. Dalam pembelajaran bahasa kedua seseorang tidak akan terlepas dari pengaruh bahasa pertama. Karena pembelajaran bahasa kedua sama halnya dengan proses penerimaan bahasa baru terhadap bahasa yang telah pembelajar miliki terlebih dahulu. Ini memungkinkan adanya pengaruh unsur B1, baik dalam segi fonologi, sintaksis, morfologi, maupun leksikon terhadap unsur B2. Pengaruh ini dapat berupa transfer dan interferensi antara kedua bahasa tersebut.
Terdapat beberapa hubungan antara B1 dengan B2 yang tengah seseorang pelajari, baik meliputi persamaan dan perbedaan unsur kebahasaan, maupun struktur bahasa. Adanya kemudahan dalam belajar B2 karena terdapat beberapa kesamaan antara B1 dan B2. Sebaliknya, timbulnya kesulitan dalam pembelajaran B2 karena adanya perbedaan antara kedua bahasa, yang bahkan dapat menimbulkan kesalahan.
Transfer dan interferensi adalah proses dimana penutur asli bahasa pertama akan menggunakan unsur B1 ketika dia mempelajari bahasa keduanya. Jadi, unsur bahasa yang berupa persamaan maupun perbedaan antara B1 dan B2, sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran B2. Semakin banyak persamaan unsur B1 (mencakup segi fonologi, sintaktik, morfologi, dan leksikon), semakin mudah proses pembelajaran B2 sebaiknya, semakin besar perbedaan unsur B1 dengan B2 semakin pembelajar mendapat kesulitan.

3.2 Saran
Dari pembahasan diatas, perlu kita ketahui bahwa adanya pengaruh B1 terhadap B2 akan selalu ada. Dalam proses pemerolehan B1, seseorang telah mengalami penalurian (pemerolehan bahasa secara alami), sehingga secara otomatis segala unsur bahasa dalam B1 akan melekat dan mudah dia kuasai. Lain halnya dengan B2, seseorang masih harus berusaha (secara sadar) untuk menguasai segala unsur  bahasa tentang B2. Dari itu, ada empat saran untuk mendapatkan kemampuan lebih baik dalam belajar B2, yaitu:
a.       Proses pemerolehan bahasa adalah sebuah proses pembiasaan, yang berarti semakin terbiasa seseorang untuk merespon stimulus yang datang padanya, semakin besar kemampuandalam penguasaan bahasanya.
b.      Meningkatkan motivasi dalam belajar B2.
c.       Mempelajari segala aspek yang berhubungan dengan B2 yang tengah dipelajari, yakni aspek budaya dari bahasa kedua tersebut. Ini sangat membantu dalam pengembangan pembelajaran bahasa. Karena kebanyakan pembelajar bahasa kedua hanya mempelajari dari unsur kebahasaannya saja.
d.      Meningkatkan intensitas penggunaan B2 dalam praktik keseharian. Ini sejalan dengan ungkapan practice makes perfect, yang berarti semakin sering seseorang berlatih menggunakan B2 tersebut, semakin cepat B2 dikuasai.


DAFTAR RUJUKAN


Chaer, A. 2009. Psikolinguistik: kajian teoretik. Jakarta: Rineka Cipta.
Ghazali, A.S. 2010. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa: dengan pendekatan komonikatif-interaktif. Bandung: PT Refika Aditama.
Indah, R.N., &Abdurrahman. 2008.  Psikolinguistik: konsep & isu umum. Malang: UIN Malang Press.
Isnaini, Iswahyuni, Hapsari, Y.&Dewi. Modul Bahasa Inggris: Foreign Language Acquisition. Universitas Brawijaya.
Kamus Besar.com. bahasa kedua, (http://www.kamusbesar.com/47875/bahasa-kedua), diakses 8 Juni 2013.
Safriandi. 2009. Bahasa Pertama Vs Bahasa Kedua, (http://nahulinguistik.wordpress.com/2009/11/09/bahasa-pertama-vs-bahasa-kedua/), diakses 8 Juni 2013.
Sofa. 2008. Pemerolehan Bahasa Pertama dan Bahasa Kedua, (http:// massofa.wordpress.com/2008/01/28/pemerolehan-bahasa-pertama-dan-bahasa-kedua_CARI ILMU ONLINE BORNEO.htm), diakses pada 7 Juni 2013.
Study Cycle.net. 2010. Interferensi Bahasa, (http:// www.interferensi-bahasa.html), diakses 7 Juni 2013.

5 comments: